Nasib Tenis Meja RI Diputuskan pada General Assembly 27 Februari Ini

Karut marut tenis meja karena dualisme kepengurusan menjadi perhatian International Table Tennis Federation (ITTF). Pembahasan pun akan dilakukan di General Assembly, Busan, pada 27 Februari 2024.

Hal itu disebutkan dalam keterangan tertulis Komite Olimpiade Indonesia (KOI) seusai menjalin komunikasi intensif dengan International Table Tennis Federation (ITTF), pada Kamis (22/2/2024).

“ITTF berkomunikasi intensif dengan NOC Indonesia (KOI) untuk memberikan masukan dan membantu menyelesaikan persoalan di tenis meja Indonesia,” kata Ketua Umum KOI, Raja Sapta Oktohari dalam keterangannya.

“Mereka menyampaikan langsung kepada kami bahwa mereka memberikan perhatian khusus dan sangat prihatin terhadap perkembangan tenis meja di Indonesia. Dan kami sangat membuka diri untuk bekerja sama dengan siapapun, terutama federasi internasional untuk menyelesaikan permasalahan olahraga yang terjadi di Indonesia,” lanjutnya.

Persoalan tenis meja seperti diketahui belum juga beres karena adanya kepemimpinan ganda di Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI). Hal itu pun berimbas pada absennya sejumlah atlet-atlet Indonesia di sejumlah multievent.

Padahal tenis meja Indonesia sempat rutin mengirimkan atlet ke Olimpiade di era 90-2000an, seperti Toni Meringgi (Olimpiade Seoul 1988), Anton Suseno (Olimpiade Barcelona 1992, Olimpiade Atlanta 1996, Olimpiade Sydney 2000), Lingling Agustin (Barcelona 1992), Rossy Syechbubakar (Barcelona 1992, Atlanta 1996, Sydney 2000), dan Ismu Harinto (Sydney 2000).

Baca juga: 3 Sikap Bersiap Sedia (Stance) dalam Permainan Tenis Meja

Atlet-atlet tenis meja sempat dikirim ke SEA Games 2023, itu terjadi setelah Menpora Dito Aritedjo menjadi penengah konflik antara dua kubu Komjen Pol (Purn) Oegroseno dan Peter Layardi Lay. Dito bahkan ikut menemui panitia SEA Games 2023 Kamboja agar atlet Indonesia bisa ikut SEA Games 2023.

Namun persoalan tersebut ternyata belum juga usai. Malah membuat prestasi di cabang olahraga tenis meja Indonesia kian terpuruk.

ITTF sempat secara khusus membahas persoalan tenis meja Indonesia dalam di ITTF Council Meeting di Bangkok 23 Agustus lalu. Berdasarkan informasi yang diperoleh NOC Indonesia, ITTF akan mengambil keputusan terkait tenis meja Indonesia di General Assembly di Busan, Korea Selatan, 27 Februari mendatang. Salah satu agendanya adalah peninjauan kembali permasalahan tata kelola (governance) anggotanya di Indonesia.

“Insyaallah semua akan terselesaikan dengan baik dan terpenting kita harus menyadari bahwa Indonesia hanya satu bagian dari sekian banyak negara yang mengikuti tata kelola dari International Federation dan Olympic Charter. Kita tidak mungkin lepas dari tata kelola itu dan tidak mungkin kita semaunya sendiri,” kata Okto.

“Yang pasti, apa yang kami lakukan semangatnya adalah sama, yaitu meningkatkan prestasi olahraga Indonesia, melepaskan semua kepentingan pribadi maupun kelompok karena ini semata-mata hanya untuk kepentingan utama menjaga Merah Putih dan Indonesia Raya,” dia mempertegas.

Komite Eksekutif KOI Harry Warganegara mengatakan KOI akan berupaya maksimal mencarikan solusi bagi tenis meja Indonesia.

“Sebab tujuan utama kami adalah meningkatkan prestasi olahraga Indonesia dari semua cabang olahraga yang menjadi anggota NOC, khususnya Olympic Sports tanpa ada kepentingan pribadi maupun kelompok, dan semata-mata untuk prestasi,” kata Harry.

Baca juga: Ratu Pingpong Indonesia Minta Jokowi Selesaikan Dualisme Tenis Meja

(mcy/cas)